WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Jumat (14/11/2025), mengumumkan bahwa AS akan melanjutkan uji coba nuklir. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap aktivitas serupa yang dilakukan negara lain, di mana Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki jumlah senjata nuklir yang lebih banyak dibanding kekuatan nuklir lainnya.
Dalam pernyataannya di pesawat kepresidenan Air Force One, Presiden Trump mengungkapkan keengganannya namun merasa tidak memiliki pilihan. “Sayalah yang merenovasinya dan membangun beberapa, dan saya benci melakukannya, tetapi saya tidak punya pilihan, karena mereka memilikinya,” tegasnya. Penjelasan lebih lanjut datang dari Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada Rabu (12/11/2025), yang menyebut bahwa janji Presiden Trump untuk melanjutkan uji coba nuklir ini berorientasi pada verifikasi keamanan senjata nuklir AS. Trump kembali menegaskan hal ini dalam perjalanan menuju Florida, menyatakan, “Kami akan melakukan uji coba nuklir seperti yang dilakukan negara lain. Kami memiliki lebih banyak senjata nuklir dibanding negara mana pun dan kami harus mengujinya.”
Paradoksnya, di balik retorika tentang pengujian dan kepemilikan senjata, Presiden Trump juga menyatakan ketertarikannya pada denuklirisasi atau pelucutan senjata nuklir secara global. Ia menyoroti dinamika kekuatan nuklir dunia, di mana Amerika Serikat memimpin, diikuti Rusia di posisi kedua, dan China jauh di posisi ketiga. Namun, Trump memperingatkan, “Dalam empat atau lima tahun, mereka akan sejajar dengan kami. Yang ingin saya lakukan denuklirisasi,” ungkapnya, mengindikasikan tujuan jangka panjang untuk mengurangi ancaman nuklir.
Perintah langsung untuk melanjutkan uji coba nuklir ini sebenarnya telah diberikan Trump pekan lalu kepada Departemen Perang—sebutan lama untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Keputusan tersebut dijelaskan sebagai langkah yang “tepat” bagi Amerika Serikat untuk mengikuti perkembangan global, mengingat “pihak lain juga melakukan uji coba,” demikian alasan yang disampaikan oleh Presiden Trump.
Ancaman uji coba nuklir AS ini sontak memicu respons dari komunitas internasional, khususnya Rusia. Pada Kamis, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat benar-benar melakukan uji coba nuklir, tindakan tersebut akan secara efektif mengakhiri larangan panjang atas uji coba nuklir global. Peskov juga mengingatkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah berulang kali menegaskan bahwa Rusia akan “bertindak sesuai” jika ada negara lain yang melangsungkan uji coba nuklir, menunjukkan potensi eskalasi ketegangan.



