Harga Bitcoin sempat terperosok drastis, menyentuh kisaran US$108.000 (atau sekitar Rp1,7 miliar) pada Jumat siang waktu AS, setelah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China meruncing tajam. Kejatuhan ini memicu gelombang guncangan di pasar global, termasuk sektor kripto, yang langsung bereaksi begitu Presiden Donald Trump mengumumkan serangkaian kebijakan tarif dan pembatasan ekspor baru terhadap Beijing.
Melansir Trading View, Presiden Trump melalui platform Truth Social-nya, mengungkapkan bahwa China telah menerapkan kontrol ekspor yang “agresif” dan “belum pernah terjadi sebelumnya” untuk hampir semua produk, yang rencananya akan berlaku di seluruh negara mulai 1 November 2025. Sebagai respons balasan, Trump menyatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif 100% atas seluruh barang impor dari China dan menerapkan kontrol ekspor terhadap perangkat lunak vital pada tanggal yang sama, menandai eskalasi signifikan dalam konflik ekonomi kedua negara adidaya tersebut.
Bitcoin Rontok 10%, Aset Kripto Ambruk Massal
Pengumuman tersebut memicu reaksi instan di pasar kripto. Harga Bitcoin langsung anjlok dari sekitar US$117.000 pada siang hari menjadi di bawah US$108.000 hanya dalam hitungan jam. Ketika berita ini ditulis pada pukul 10.17 WIB, Bitcoin telah sedikit pulih ke kisaran US$112.677, namun volatilitas pasar masih sangat tinggi. Dalam beberapa jam saja, Bitcoin kehilangan sekitar 10% dari nilainya, sementara banyak aset kripto lainnya mengalami penurunan yang jauh lebih parah, ambruk antara 20% hingga 40%.
Trump Guncang Pasar Kripto Dunia, Likuidasi Kripto Tembus Rp 155 Triliun dalam 24 Jam
Pasar Global Terguncang oleh Eskalasi Perdagangan AS–China
Gelombang kekhawatiran akibat eskalasi perdagangan ini tidak hanya terbatas pada dunia kripto. Bursa saham global juga turut terpuruk setelah pengumuman Trump. Langkah kenaikan tarif besar-besaran itu merupakan respons tegas terhadap pembatasan ekspor baru China untuk logam tanah jarang (rare earth) — bahan-bahan yang sangat penting bagi industri pertahanan, semikonduktor, dan kecerdasan buatan (AI). Trump menuding Beijing berusaha “memonopoli sumber daya penting dunia” melalui kebijakan tersebut.
China kini memperluas aturan ekspornya hingga mencakup produk asing yang mengandung atau diolah menggunakan unsur tanah jarang asal China. Kebijakan ini menandai eskalasi besar dalam perang dagang kedua negara dan segera memicu kekhawatiran luas akan gangguan serius pada rantai pasok global. Akibatnya, saham-saham berisiko langsung tergelincir; indeks S&P 500 turun 2%, dan Nasdaq merosot 2,7% dalam sehari penuh perdagangan yang bergejolak.
Tak berhenti di situ, Trump juga membatalkan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di KTT APEC, disertai janji akan “melawan China secara finansial.” Ia menuding tindakan Beijing sebagai “jahat dan bermusuhan,” sambil menegaskan bahwa AS memiliki kekuatan yang jauh lebih besar — kekuatan yang, menurutnya, belum digunakan hingga saat ini.
Aset Kripto Telah Berkontribusi 0,32% ke PDB Nasional
Sentimen negatif ini juga menekan saham-saham terkait kripto. Perusahaan-perusahaan besar seperti Circle (CRCL), Robinhood (HOOD), Coinbase (COIN), dan MicroStrategy (MSTR) mencatatkan penurunan signifikan, berkisar antara 3% hingga 12% sepanjang hari perdagangan.
Rally Bitcoin Terhenti, Tapi Potensi Bull Run Belum Mati
Kondisi ini sungguh kontras dengan awal Oktober, di mana Bitcoin sempat menembus rekor tertinggi baru di atas US$126.000, sebelum kembali stabil di kisaran US$121.000. Banyak analis sebelumnya menyebut fase ini sebagai “fase euforia” dalam siklus bull market, periode di mana harga Bitcoin naik cepat diiringi optimisme berlebihan dari investor ritel.
Tonton: Harga Emas Antam Menghijau Hari Ini (11 Oktober 2025)
Secara historis, momentum seperti ini berpotensi mendorong harga Bitcoin menuju kisaran US$180.000–200.000, sebelum akhirnya pasar mengalami fase pendinginan. Sejak awal tahun, Bitcoin sendiri telah menunjukkan kinerja impresif, naik lebih dari 30%, didorong oleh aliran dana yang signifikan ke ETF Bitcoin di AS dan kembalinya kepercayaan investor terhadap aset digital ini.