UNTR Kuartal III-2025: Laba Tergerus, Ini Rekomendasi Sahamnya!

Posted on

JAKARTA. Kinerja finansial PT United Tractors Tbk (UNTR) menunjukkan tren yang bervariasi hingga kuartal III-2025, dengan tekanan signifikan terlihat pada laba bersih meskipun pendapatan berhasil sedikit tumbuh. Emiten yang merupakan bagian dari Grup Astra ini menghadapi tantangan besar dari industri batubara, yang berdampak langsung pada performa bottom line-nya.

Hingga akhir kuartal III-2025, pendapatan bersih UNTR tercatat meningkat tipis 1% secara year-on-year (yoy) mencapai Rp 100,5 triliun. Namun, kondisi kontras terjadi pada laba bersih UNTR yang justru terkoreksi tajam 26% yoy, menyusut menjadi Rp 11,5 triliun. Penurunan laba ini terutama dipicu oleh kontribusi yang lebih rendah dari segmen kontraktor penambangan, yang terhambat oleh curah hujan tinggi, serta segmen pertambangan batubara termal dan metalurgi akibat harga jual batubara yang melandai. Kendati demikian, Manajemen UNTR mencatat adanya peningkatan kontribusi yang signifikan, khususnya dari segmen pertambangan emas, seperti diungkapkan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (30/10/2025).

Merinci lebih lanjut, segmen kontraktor pertambangan UNTR mengalami koreksi pendapatan sebesar 8% yoy, menjadi Rp 40,2 triliun per kuartal III-2025. Melalui anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), UNTR mencatatkan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) yang menurun 10% yoy menjadi 829 juta bcm. Selain itu, volume produksi batubara untuk klien juga turun 2% yoy menjadi 109 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,6 kali hingga kuartal III-2025.

Segmen pertambangan batubara termal dan metalurgi juga turut menyumbang penurunan, dengan pendapatan menyusut 9% yoy menjadi Rp 18,8 triliun. Menariknya, di segmen ini, UNTR melalui Tuah Turangga Agung sebenarnya berhasil mencatat kenaikan volume penjualan batubara sebesar 15% yoy menjadi 9,2 juta ton (termasuk 2,8 juta ton batubara metalurgi) hingga kuartal III-2025. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun volume penjualan meningkat, tekanan pada harga jual komoditas menjadi faktor utama penurunan pendapatan di segmen ini.

Di tengah tantangan tersebut, UNTR berhasil menorehkan kinerja positif dari segmen non-batubara. Pendapatan UNTR dari segmen mesin konstruksi tercatat naik 11% yoy menjadi Rp 29,3 triliun per kuartal III-2025. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan penjualan alat berat Komatsu yang signifikan sebesar 10% yoy, mencapai 3.653 unit hingga September 2025. Segmen ini menunjukkan resiliensi yang kuat di tengah fluktuasi harga komoditas.

Lebih lanjut, segmen pertambangan emas dan mineral lainnya menjadi primadona dengan pendapatan melonjak 53% yoy, mencapai Rp 10,3 triliun. Melalui entitas Agincourt Resources dan Sumbawa Jutaraya, UNTR membukukan kenaikan penjualan setara emas sebesar 8% yoy menjadi 178.000 ons troi hingga kuartal III-2025. Kontribusi gemilang dari emas ini berhasil menjadi penopang kinerja perseroan saat sektor batubara tertekan.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menyatakan bahwa prospek kinerja keuangan UNTR kemungkinan masih akan cenderung bervariasi dan cukup menantang pada sisa tahun ini. Hal ini disebabkan oleh harga batubara yang belum sepenuhnya pulih, yang terus membebani kinerja segmen bisnis UNTR yang sangat bergantung pada komoditas tersebut.

Namun, Wafi menambahkan bahwa UNTR memiliki peluang untuk memaksimalkan segmen mesin konstruksi, mengingat permintaan alat berat Komatsu yang telah membaik sepanjang tahun 2025. Manajemen UNTR sebelumnya pernah mengindikasikan adanya peningkatan permintaan alat berat, salah satunya untuk proyek-proyek strategis seperti food estate. Selain itu, momentum kenaikan harga emas dunia juga dapat menjadi pendorong peningkatan kontribusi pendapatan dari segmen pertambangan emas di bawah Agincourt Resources dan Sumbawa Jutaraya, menawarkan potensi meredanya tekanan pada bottom line perseroan pada kuartal keempat.

Secara jangka panjang, UNTR memiliki modal berharga untuk meningkatkan stabilitas kinerja keuangannya. Emiten anggota Grup Astra ini begitu agresif melakukan ekspansi ke sektor non-batubara dan energi terbarukan. Belum lama ini, UNTR bahkan mengumumkan rencana strategis untuk mengakuisisi tambang emas milik anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dengan nilai perusahaan (enterprise value) mencapai US$540 juta. Selain itu, pada awal Oktober lalu, melalui anak usahanya PT Energia Prima Nusantara (EPN), UNTR menyuntikkan modal tambahan di PT Supreme Energy Sriwijaya (SES), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang panas bumi. Ekspansi ini dipandang sebagai langkah krusial untuk menciptakan diversifikasi pendapatan.

Wafi menjelaskan bahwa, “Dalam jangka panjang, ekspansi ini bisa bikin pendapatan lebih stabil dan berkelanjutan. Namun, efek jangka pendeknya masih terbatas karena proyek tersebut butuh waktu untuk rampung.” Oleh karena itu, dalam waktu dekat, UNTR tetap perlu fokus meningkatkan efisiensi operasional di segmen kontraktor penambangan, termasuk optimalisasi armada atau alat berat yang digunakan di segmen tersebut untuk menjaga margin keuntungan.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Muhammad Wafi merekomendasikan hold saham UNTR dengan target harga di level Rp 27.100 per saham. Rekomendasi ini mencerminkan pandangan bahwa meskipun ada tantangan jangka pendek, upaya diversifikasi dan kinerja segmen non-batubara akan menjadi penopang utama bagi prospek saham UNTR di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *