Sebuah tren viral dengan tagar #Rapture baru-baru ini merebak di platform TikTok, memicu perbincangan luas mengenai keyakinan akan akhir zaman dan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya ke Bumi. Fenomena ini menarik perhatian banyak pengguna media sosial, menghidupkan kembali diskusi seputar salah satu eskatologi penting dalam Kekristenan.
Menurut keyakinan ini, saat peristiwa yang sering disebut sebagai ‘kedatangan Yesus yang kedua kali’ tiba, semua pengikut Kristus—baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia—diyakini akan diangkat ke langit untuk bertemu dengan-Nya. Ini adalah momen yang digambarkan akan mengubah kehidupan manusia secara fundamental dan kekal.
Apa itu Rapture?
Secara umum, konsep Rapture dipahami oleh sebagian umat Kristen Protestan sebagai momen ketika para pengikut Yesus akan dibawa ke surga, sementara mereka yang tidak mengikutinya akan ditinggalkan di Bumi. Keyakinan tentang ‘pengangkatan manusia’ ini sangat dominan di kalangan penganut kekristenan evangelikal, khususnya di Amerika Serikat, meskipun tidak semua umat Kristen meyakini hal serupa.
Menariknya, istilah rapture itu sendiri tidak ditemukan secara eksplisit dalam Alkitab. Namun, dasar keyakinan ini sering dikaitkan dengan tulisan Paulus dalam Surat Pertama kepada Jemaat Tesalonika. Dalam surat tersebut, Paulus—salah satu rasul terkemuka dalam agama Kristen—menggambarkan bahwa Yesus Kristus suatu hari akan kembali, dan “kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa”. Ayat inilah yang kerap ditafsirkan sebagai gambaran dari peristiwa Rapture.
Keyakinan akan Rapture juga sering kali dilihat sebagai bagian dari penafsiran yang lebih luas tentang kiamat atau kehancuran dunia. Bagi sebagian umat, momen pengangkatan ini merupakan prolog atau bagian integral dari peristiwa-peristiwa akhir zaman yang diyakini akan mengakhiri dunia.
Siapa yang menyebut Rapture akan terjadi tahun ini?
Pemicu utama kehebohan seputar ‘pengangkatan manusia jelang kedatangan Yesus yang kedua’ tahun ini berasal dari seorang pendeta asal Afrika Selatan, Joshua Mhlakela. Dalam sebuah wawancara televisi yang viral, Pendeta Mhlakela mengklaim telah menerima ‘penglihatan’ dari Yesus secara langsung.
Dalam penglihatannya, Mhlakela menyatakan bahwa Yesus akan kembali ke Bumi pada Rosh Hashanah, atau tahun baru dalam kalender Ibrani. Lebih spesifik lagi, ia meramalkan bahwa Rapture akan terjadi pada tanggal 23 atau 24 September. Pernyataan Mhlakela ini sontak memicu beragam reaksi, dari keyakinan penuh hingga skeptisisme tajam.
Tidak semua orang menerima klaim Mhlakela. Sejumlah pengguna media sosial memandang Rapture ini tak lebih dari sekadar teori konspirasi atau ramalan akhir dunia yang sering bermunculan. Pandangan ini didasari oleh sejarah ramalan-ramalan kiamat yang tak terbukti, seperti prediksi kiamat pada Desember 2012 yang dikaitkan dengan kalender Maya. Kala itu, banyak orang juga meyakini dunia akan berakhir, namun kenyataannya tidak pernah terjadi.
Bagaimana reaksi pengguna TikTok?
Klaim mengenai Rapture ini menciptakan gelombang besar di TikTok, dengan setidaknya 300.000 unggahan yang membahas topik ini. Sebagian besar video tersebut mengutip klaim Pendeta Mhlakela, lengkap dengan referensi ayat Alkitab untuk mendukung keyakinan mereka. Beberapa video bahkan menunjukkan orang-orang yang, karena keyakinan akan segera diangkat, memberikan barang-barang mereka secara cuma-cuma kepada orang asing.
Namun, respons di TikTok tidak hanya serius. Banyak juga pengguna yang menanggapinya dengan candaan dan sindiran. Tagar #raptureready menjadi populer, diisi dengan video-video satire yang memperlihatkan mereka tengah “menunggu” Rapture pada tanggal yang disebutkan Mhlakela dengan cara yang jenaka. Ini menunjukkan keragaman pandangan dan cara orang menghadapi isu yang sensitif ini.
Di sisi lain, ada pula pengguna yang merespons dengan cukup serius, mengunggah klip berisi pesan yang mengingatkan bahwa konsep Rapture tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alkitab dan bahwa Yesus sendiri tidak akan memberitahu kapan momen itu akan terjadi. Menanggapi fenomena ini, sejumlah tokoh agama turut bersuara, mengingatkan umat agar tidak hanya mengandalkan informasi dari media sosial untuk memahami isu sepenting ini. Mereka menekankan pentingnya memeriksa beragam sumber yang kredibel dan merujuk langsung pada teks agama asli untuk mengonfirmasi keyakinan mereka.
- Pendeta meninggal setelah mencoba puasa 40 hari meniru Yesus
- Puluhan orang ditemukan tewas akibat ‘sekte kelaparan‘
- Digugat ke pengadilan, pendeta yang ‘menghidupkan orang di peti mati’
- Pendeta meninggal setelah mencoba puasa 40 hari meniru Yesus
- TB Joshua: Pemimpin gereja yang pernah ke Indonesia dituduh perkosa dan siksa pengikut
- Gambaran sejarah mengerikan yang meramal kiamat