Kasus dugaan bullying yang menimpa Muhamad Hisyam (MH), seorang siswa berusia 13 tahun dari SMPN 19 Tangsel, kini dalam penyelidikan mendalam oleh pihak kepolisian. Tragedi ini berujung pada kematian korban pada Minggu (16/11), setelah menjalani perawatan intensif selama sepekan di rumah sakit akibat luka serius yang diderita usai penganiayaan oleh teman sekolahnya.
Kapolres Tangsel, AKBP Victor Inkiriwang, mengungkapkan bahwa pihaknya telah memeriksa enam orang saksi terkait insiden memilukan ini. Meskipun rincian identitas para saksi belum dibeberkan, Victor memastikan bahwa sebagian dari mereka adalah pihak sekolah atau guru. “Sudah ada enam orang saksi yang telah kami periksa. Keenamnya termasuk dari pihak sekolah atau guru. Kami juga masih menunggu kesiapan dari keluarga untuk dilakukan penyelidikan,” ujar Victor saat berada di rumah duka, Minggu (16/11).
Victor menegaskan komitmennya untuk menangani kasus ini secara profesional dan transparan, memastikan proses hukum akan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penyelidikan akan fokus pada kemungkinan adanya tindak pidana serta kaitan antara sakit yang diderita korban dengan dugaan tindak pidana tersebut. Untuk mendalami hal ini, polisi juga akan memintai keterangan dari saksi ahli yang berasal dari rumah sakit yang merawat siswa kelas VII itu. “Karena ada rentetannya. Sebelum di dokter [rumah sakit] Fatmawati juga, ada rumah sakit juga yang menangani secara awal,” tambah Victor, mengindikasikan bahwa riwayat perawatan medis korban akan ditelusuri. Rencananya, orang tua korban juga akan dimintai keterangan, namun jadwal pemeriksaannya masih menunggu konfirmasi.
Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini, yang dimintai konfirmasi, mendesak agar proses hukum terus berjalan dan penyebab kematian korban segera diungkap. “Kami berharap proses hukum berjalan. Hak anak yang meninggal dunia, yaitu mendapat kejelasan penyebab kematian dan tidak mendapatkan stigma negatif, tetap harus ditegakkan,” tuturnya pada Minggu (16/11). KPAI menyatakan menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak kepolisian yang memiliki wewenang penuh dalam mengusut kasus ini. Diyah juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian ini, mendoakan agar almarhum husnul khatimah.
Korban Bullying Alami Mata Rabun dan Kaki Seperti Lumpuh
Sebelumnya, MH diberitakan menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya, dengan aksi kekerasan yang diduga telah berlangsung sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Puncak kekerasan terjadi pada Senin (20/10), ketika kepala korban dikabarkan dipukul menggunakan bangku berbahan besi. Kakak korban, Rizki, menceritakan bahwa setelah insiden tragis tersebut, kondisi fisik adiknya menurun drastis. Tubuh siswa Kelas VII itu bahkan tak bisa digerakkan dengan baik, menyerupai kondisi lumpuh.
“Yang paling parah, dipukul kursi di kepalanya. Si korban baru cerita semua pas kejadian sudah parah. Kalau yang lainnya enggak pernah cerita, ini berani cerita karena sudah ngerasa sakit parah,” kata Rizki pada Senin (10/11), menjelaskan betapa parahnya luka yang diderita adiknya. MH sempat dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Kota Tangsel, namun karena kondisinya terus memburuk, ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
Kondisi MH saat itu sangat memprihatinkan, dengan keluhan badan yang lemas, tidak bisa berjalan, mata sedikit rabun, sering pingsan, dan kehilangan nafsu makan. Muhamad Hisyam meninggal dunia pada Minggu (16/11) pagi di RS Fatmawati setelah kondisi kesehatannya terus memburuk dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ciater, Serpong, pada sore harinya.



