caristyle.co.id, JAKARTA – Pasar modal Indonesia diproyeksikan akan mengalami penguatan signifikan pada pekan ini, didorong oleh sejumlah sentimen positif. Indo Premier Sekuritas (IPOT) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat, terutama berkat antisipasi pemangkasan suku bunga acuan dan rilis data ekonomi krusial dari Amerika Serikat.
Menurut proyeksi IPOT, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menurunkannya menjadi 4,5% pada pekan ini. Langkah ini diyakini akan menjadi pendorong utama pasar modal domestik. “Pemangkasan suku bunga akan menjadi salah satu sentimen utama yang memengaruhi pasar modal Indonesia pekan ini,” ujar Retail Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus, dalam keterangannya, Senin (20/10/2025).
Selain itu, Indri menambahkan, rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat, seperti initial jobless claims serta proyeksi kenaikan tipis inflasi tahunan AS bulan September menjadi 3% (dari 2,9% sebelumnya), juga akan turut memengaruhi pergerakan IHSG.
IHSG Menguat ke 7.988,8 di Pagi Ini (20/10), AMRT, ADMR, BBCA Jadi Top Gainers LQ45
Penguatan IHSG pekan ini terjadi setelah koreksi signifikan di pekan sebelumnya. Indri menjelaskan bahwa pada pekan lalu, IHSG sempat menyentuh level All Time High di angka 8.288, namun kemudian ditutup melemah tajam 4,14% dengan aksi jual bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp 4,2 triliun. Pelemahan ini turut disumbang oleh kinerja sektor, di mana hanya sektor kesehatan yang berhasil menguat 2,79%, sementara sektor lainnya mengalami tekanan jual. Sektor teknologi menjadi yang paling terpuruk, anjlok hingga 11,59% akibat pelemahan signifikan pada saham DCII dan MLPT, dua saham yang memiliki bobot terbesar di indeks tersebut.
Indri lebih lanjut merinci sejumlah sentimen krusial yang membayangi pergerakan IHSG pada pekan lalu:
1. Ketegangan Geopolitik AS-China: Konflik perdagangan kembali memanas setelah China mempertimbangkan pembatasan ekspor tanah jarang, memicu respons keras dari Presiden AS Donald Trump. Mengingat pentingnya tanah jarang bagi industri elektronik dan pertahanan nasional AS, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 100% jika pembatasan tersebut diterapkan.
2. Antisipasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed: Para pelaku pasar menantikan pertemuan Federal Reserve di akhir bulan untuk keputusan suku bunga. Konsensus pasar yang sangat kuat, yakni 99%, memprediksi pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sementara 1% sisanya optimistis akan pemangkasan 50 basis poin.
3. Wacana Penurunan PPN: Rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi untuk menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 8% turut menjadi perhatian. Inisiatif ini dipertimbangkan untuk memperkuat daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan sektor riil.
4. Harga Emas Dunia Mencetak Rekor: Harga emas global mencapai level tertinggi baru di US$ 4.381 per troy ounce. Kenaikan ini didukung oleh eskalasi perang dagang AS-China, proyeksi pemangkasan suku bunga acuan global, serta gangguan ekonomi di Amerika Serikat akibat government shutdown.
Menatap pekan ini, Indri menyatakan bahwa dinamika pasar modal Indonesia masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen-sentimen yang terjadi pada pekan sebelumnya. Setelah koreksi yang terjadi, para pelaku pasar diperkirakan akan mengambil kesempatan untuk melakukan strategi bottom fishing, yaitu mengoleksi saham-saham dengan valuasi yang menarik.
“Kemungkinan besar, konsentrasi pasar akan cenderung melakukan diversifikasi pengalokasian dana dengan proporsi sebagai berikut: Alokasi untuk sektor sensitif dengan suku bunga (perbankan, properti, infrastruktur), mengambil momentum pada emiten-emiten komoditas terutama emas dan memanfaatkan momentum pada saham-saham konglomerasi,” jelas Indri. Dengan pertimbangan sentimen tersebut, Indri memproyeksikan IHSG akan bergerak bervariatif cenderung menguat dalam rentang support 7.730 hingga resistance 8.100.
Adapun pendorong utama penguatan IHSG pekan ini meliputi pengumuman suku bunga Bank Indonesia yang diperkirakan akan dipangkas 25 basis poin menjadi 4,5%, menandai penurunan kelima kalinya oleh bank sentral. Faktor lainnya adalah rilis data ekonomi vital dari Amerika Serikat, termasuk initial jobless claims dan laporan inflasi tahunan bulan September yang diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 3% dari 2,9% sebelumnya.
BBCA Chart by TradingView
Merespons dinamika pasar dan potensi penguatan, Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan strategi investasi yang terfokus pada saham-saham pilihan yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga:
- 1. Buy PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
(Current Price: 7.500, Entry: 7.500, Target Price: 7.800 (+4,0%), Stop Loss: < 7.350 (-2,0%) dan Risk to Reward Ratio = 1 : 2,0)
BBCA saat ini berada dalam kondisi risiko rendah dan memiliki potensi rebound. Investor asing juga terpantau kembali mengakumulasi saham BBCA pada akhir pekan lalu, meski dalam volume yang tipis senilai Rp 17,6 miliar. - 2. Buy on Breakout PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)
(Current Price: 1.140, Entry: 1.160, Target Price: 1.230 (+6,0%), Stop Loss: < 1.130 (-2,6%), Risk to Reward Ratio = 1 : 2,3)
Ada potensi rebound yang kuat bagi BBTN, didorong optimisme pemangkasan suku bunga. Level 1.160 dianggap sebagai titik terbaik untuk mulai mengoleksi saham BBTN. - 3. Buy on Pullback PT Indika Energy Tbk (INDY)
(Current Price: 2.550, Entry: 2.460 – 2.500, Target Price: 2.700 (+9,8%), Stop Loss : < 2.370 (-3,7%), Risk to Reward Ratio = 1:2,7)
Saham INDY menarik untuk dikoleksi berkat prospek cerah ekspansi energi terbarukan dan peningkatan volume transaksi. Indikator stochastic oscillator juga menunjukkan bahwa saham ini belum berada pada kondisi jenuh beli.