caristyle.co.id , JAKARTA – Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp30 triliun yang dikucurkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo berpotensi membawa berkah bagi emiten-emiten di sektor konsumer. Para analis menilai, sejumlah saham perusahaan konsumer menarik untuk dilirik oleh investor meskipun dampak positifnya bersifat temporer.
Novi Vianita, seorang analis dari Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa suntikan dana BLT ke masyarakat hanya mampu menjadi katalis pendorong dalam jangka pendek bagi sektor konsumer, terutama pada emiten yang produknya merupakan kebutuhan pokok. Sebagai contoh, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) berpotensi diuntungkan oleh produk mi-nya, sementara PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tidak karena produk roti dianggap bukan kebutuhan pokok.
Meskipun demikian, Novi mempertahankan pandangan konservatif untuk sektor konsumer hingga akhir 2025. Menurutnya, tantangan pelemahan daya beli masyarakat masih menjadi penghalang utama. Bahkan, dampak BLT terhadap tingkat konsumsi masyarakat belakangan ini dinilai relatif tidak signifikan, karena dana tersebut cenderung terserap untuk kebutuhan dasar seperti pangan dan transportasi.
“Kami masih melihat konservatif, namun dengan ruang perbaikan yang moderat untuk sebagian besar emiten konsumer, seiring ditopang oleh efisiensi, strategi down-trading, dan faktor seasonality akhir tahun,” tegas Novi, memberikan gambaran bahwa perbaikan kinerja mungkin terjadi, namun tidak secara drastis.
Berburu Saham Peritel AMRT, MIDI, MPPA Saat Daya Beli Terungkit BLT
Senada dengan pandangan tersebut, Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, juga berpendapat bahwa stimulus pemerintah melalui BLT dapat mendorong kinerja emiten konsumer dalam jangka pendek. Namun, pemulihan jangka panjang akan sangat bergantung pada perbaikan daya beli masyarakat secara berkelanjutan. Wafi menyebutkan bahwa kucuran BLT sebesar Rp900.000 untuk 35,4 juta rumah tangga penerima diperkirakan akan memberikan dampak pada emiten seperti AMRT, MYOR, hingga UNVR.
“Stimulus sifatnya cuma temporer. Jadi pertumbuhan konsumsi bakal balik tergantung dengan pemulihan pendapatan riil dan stabilitas harga kebutuhan pokok,” jelas Wafi. Dalam kondisi pasar saat ini, Wafi merekomendasikan beberapa saham dengan target harga yang menarik: PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dengan target Rp2.900 per lembar, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) Rp2.400, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Rp10.200, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Rp7.800. Untuk eksposur ke ritel modern, AMRT dengan target Rp3.400 dan ACES Rp600 dinilai menarik menjelang akhir tahun, mengingat adanya faktor seasonality.
Dorongan Lanjutan Emiten Konsumer
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menggarisbawahi bahwa ruang pemulihan bagi sektor konsumer mesti datang dari perbaikan konsumsi masyarakat yang selama ini tertahan. Hal ini sejalan dengan data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada September 2025 yang tercatat turun ke level 115,0 dari 117,2 pada Agustus 2025. Meskipun angka tersebut masih di atas level optimis 100, ini menjadi yang terendah sejak April 2022. Ekky menambahkan, “Meski begitu, untuk jangka menengah–panjang, fundamental pemulihan konsumsi masih bertahap, karena daya beli belum sepenuhnya pulih dan tekanan biaya produksi masih ada.”
Oleh karena itu, efektivitas BLT sangat bergantung pada durasi dan realisasi distribusi dana di masyarakat. Selain itu, dukungan kebijakan lanjutan seperti pemangkasan suku bunga atau stimulus ekonomi tambahan dinilai mampu memberikan tenaga ekstra bagi kinerja emiten konsumer. Panin Sekuritas juga menegaskan bahwa emiten konsumer membutuhkan sentimen perbaikan daya beli masyarakat agar mampu mencatatkan kinerja positif dalam jangka panjang. Beberapa faktor yang berpotensi mendorong daya beli masyarakat termasuk pemangkasan tarif PPN ke level 8% dan normalisasi harga bahan baku yang dapat memperbaiki margin keuntungan.
Namun, para investor dan pelaku pasar juga perlu mencermati persaingan harga dari produk private label serta strategi pemain konsumer yang kini semakin fokus mengembangkan produk-produk affordable. Kompetisi ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pertumbuhan saham konsumer di masa mendatang, demikian Novi menambahkan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.