Kospi Korsel Ambles! Bursa Asia Merah Padam, Valuasi Pasar Biang Kerok?

Posted on

caristyle.co.id JAKARTA. Pasar saham Asia mengalami gejolak signifikan pada perdagangan Rabu (5/11/2025), dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa valuasi saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) telah mencapai level yang terlalu tinggi. Sentimen negatif ini dengan cepat menyebar, memicu aksi jual masif di seluruh bursa regional.

Kekhawatiran terhadap valuasi yang melambung tinggi diperparah oleh pernyataan dari para eksekutif puncak di raksasa perbankan investasi, Morgan Stanley dan Goldman Sachs, yang menyuarakan keraguan atas keberlanjutan reli di sektor teknologi global. Pernyataan ini sontak memicu aksi ambil untung besar-besaran, yang semakin memperburuk sentimen pasar yang sudah rapuh akibat koreksi tajam di pasar kripto.

“Investor ritel dan hedge fund memiliki eksposur yang sangat tinggi pada posisi beli di saham teknologi secara global,” ungkap Jon Withaar, Senior Portfolio Manager di Pictet Asset Management, Singapura. “Komentar negatif terkait valuasi ditambah koreksi tajam di aset digital memicu kepanikan di pasar.” Situasi ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap pergeseran persepsi risiko dan valuasi, terutama setelah periode pertumbuhan yang pesat.

Indeks Kospi Korea Selatan menjadi salah satu yang terpukul paling parah, anjlok tajam 6,2%, mencatat penurunan harian terdalam sejak Agustus 2024. Penurunan ini kontras dengan lonjakan impresif 20% yang sempat dinikmati Kospi sejak awal Oktober. Saham-saham raksasa semikonduktor, Samsung Electronics dan SK Hynix, masing-masing merosot antara 8% hingga 9%, dengan Samsung membukukan kinerja terburuknya dalam 15 bulan terakhir. Tak hanya pasar modal, nilai tukar won Korea Selatan ikut melemah 0,6%, menyentuh posisi terendah sejak pertengahan April.

Bursa Asia Mayoritas Melemah di Pagi Ini (1/8), Kospi Anjlok Hingga 3%

Tekanan serupa juga terasa di Taiwan, di mana indeks acuan terkoreksi 2,6%. Ini merupakan penurunan terburuk dalam tiga pekan terakhir, mengakhiri reli lebih dari 10% yang didorong euforia saham AI pada Oktober. Dolar Taiwan pun tidak luput dari tekanan, terus melemah selama enam sesi berturut-turut hingga mencapai level terendah sejak awal Mei.

Di kawasan Asia Tenggara, pelemahan pasar juga meluas. Indeks FTSE Straits Times Singapura turun 1%, terseret oleh kinerja buruk saham-saham perbankan terkemuka seperti DBS Group, OCBC, dan United Overseas Bank yang masing-masing terkoreksi antara 0,5% hingga 1,6%. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia dan KLCI Malaysia masing-masing melemah sekitar 0,5%, sedangkan indeks acuan Filipina jatuh 1%.

AS-China Memanas, Bursa Asia Anjlok ke Level Terendah 2 Pekan pada Selasa (14/10)

Melengkapi gambaran pasar yang bergejolak, di pasar obligasi, imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun Indonesia sedikit turun ke level 6,153%. Data makroekonomi regional juga menunjukkan inflasi tahunan Filipina yang tercatat 1,7% pada Oktober. Di Malaysia, bank sentral diperkirakan akan menahan suku bunga acuan di level 2,75% hingga tahun 2026, berdasarkan jajak pendapat Reuters.

Gejolak pasar saham Asia kali ini menjadi indikasi kuat meningkatnya sensitivitas investor terhadap isu valuasi, terutama setelah reli panjang yang didukung ekspektasi pertumbuhan sektor teknologi. Tekanan jual ini menandai fase konsolidasi baru, di mana pelaku pasar kini mulai bersikap lebih hati-hati terhadap potensi koreksi lebih dalam di tengah ketidakpastian arah suku bunga global.

Bursa Asia Dibuka Beragam Menjelang Batas Waktu Gencatan Tarif AS–China

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *