caristyle.co.id – Indeks utama Wall Street menunjukkan pelemahan pada perdagangan Kamis (13/11/2025) waktu setempat. Penurunan ini mencerminkan kehati-hatian investor di tengah penantian rilis serangkaian data ekonomi penting Amerika Serikat (AS) dan sinyal arah kebijakan moneter Federal Reserve. Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh berakhirnya penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah AS, setelah Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang yang mengakhirinya.
Melansir Reuters, pada pukul 09.35 waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average tercatat turun 87,01 poin atau 0,18%, bergerak ke level 48.167,81. Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 36,03 poin atau 0,53% menjadi 6.814,89. Penurunan paling signifikan dialami oleh Nasdaq Composite yang anjlok 214,17 poin atau 0,87%, bertengger di posisi 23.192,28.
Kondisi pasar saat ini sangat bergantung pada ketersediaan data ekonomi resmi AS, yang sempat terhenti selama lebih dari sebulan akibat penutupan pemerintahan. Kekosongan laporan ini menyulitkan The Fed maupun pelaku pasar untuk secara akurat menilai kondisi perekonomian, sehingga mereka terpaksa mengandalkan sumber data swasta.
Sayangnya, tidak semua data yang terlewat akan dipublikasikan. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa laporan ketenagakerjaan dan Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Oktober kemungkinan tidak akan pernah dirilis. “Kami telah memperkirakan banyak data ekonomi yang terlewat selama penutupan pemerintah tidak akan diterbitkan,” ujar Carol Schleif, Kepala Strategi Pasar di BMO Private Wealth. Ia menambahkan, “Pertanyaan besarnya adalah seperti apa kondisi inflasi dan pasar tenaga kerja ketika laporan resmi kembali dirilis. Kami tidak akan terkejut jika pasar bergerak volatil dalam beberapa minggu ke depan.”
Sektor teknologi informasi dan layanan komunikasi menjadi pendorong utama pelemahan indeks S&P 500. Saham-saham raksasa seperti Nvidia dan Alphabet masing-masing terkoreksi 2,6% dan 2,3%. Berbanding terbalik, saham Cisco Systems justru melonjak 4,5% setelah perusahaan tersebut menaikkan proyeksi laba dan pendapatan tahunannya, didorong oleh permintaan yang kuat terhadap perangkat jaringan mereka.
Dalam beberapa pekan terakhir, saham-saham teknologi dan yang berbasis kecerdasan buatan (AI) memang tengah berada di bawah tekanan. Indeks Nasdaq bahkan mencatat penurunan selama tiga sesi berturut-turut, mengindikasikan pergeseran portofolio investor dari saham teknologi berharga tinggi menuju sektor defensif, seperti sektor kesehatan. Menariknya, Dow Jones justru mendapat keuntungan dari rotasi ini, mencatat rekor tertinggi dua hari berturut-turut setelah sebelumnya tertinggal dari S&P dan Nasdaq sepanjang tahun ini.
Kinerja Nvidia, yang akan merilis laporan keuangannya pekan depan, menjadi ujian krusial berikutnya bagi optimisme pasar terhadap teknologi AI, yang sebelumnya mendorong reli besar di pasar saham sepanjang tahun. Di sisi lain, saham Walt Disney anjlok 8,9% dan menjadi penekan indeks Dow Jones, menyusul indikasi adanya potensi konflik berkepanjangan dengan YouTube TV terkait distribusi saluran kabelnya.
Sementara itu, kondisi pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Data dari ADP mengungkapkan bahwa perusahaan swasta di AS kehilangan lebih dari 11.000 pekerjaan per minggu hingga akhir Oktober. Laporan terpisah dari Indeed Hiring Lab juga mencatat penurunan 16% dalam lowongan kerja sektor ritel dibandingkan tahun sebelumnya, semakin memperkuat indikasi pasar tenaga kerja yang melambat.
Dalam perkembangan terkait kebijakan moneter, beberapa pejabat Federal Reserve telah menyuarakan keraguan atas kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan pada Desember. Pernyataan ini sontak membuat investor mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga. Menurut alat pemantau CME FedWatch, pelaku pasar kini memperkirakan peluang sekitar 53% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, turun signifikan dari 70% pada pekan lalu. Pernyataan lebih lanjut dari para pembuat kebijakan The Fed akan terus menjadi fokus perhatian sepanjang hari.
Di tengah dinamika pasar, saham Sealed Air melonjak 19,6% setelah beredar laporan bahwa perusahaan ekuitas Clayton Dubilier & Rice sedang dalam tahap pembicaraan untuk mengakuisisi produsen kemasan tersebut. Namun, nasib berbeda dialami produsen perangkat memori, Western Digital dan Sandisk, yang masing-masing merosot 5,4% dan 8%, menyusul laporan setengah tahunan dari perusahaan Jepang Kioxia Holdings yang mengecewakan pasar.



