Demo Memanas, Asing Kabur! Saham BBCA, BMRI Diobral?

Posted on

caristyle.co.id , JAKARTA — Pasar saham Indonesia menutup pekan ini, Jumat (29/8/2025), dengan catatan pilu. Bursa mencatatkan eksodus dana asing yang masif di tengah membuncahnya gelombang demonstrasi.

Berdasarkan data resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham domestik membukukan nilai jual bersih atau net sell asing yang mencapai Rp1,12 triliun pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (29/8/2025). Angka ini memperparah posisi investor asing di pasar modal Indonesia.

Dengan demikian, akumulasi net sell asing di pasar saham Indonesia telah menyentuh angka Rp50,94 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), terhitung sejak perdagangan perdana 2025. Fenomena ini menunjukkan adanya sentimen negatif yang kuat dari investor global terhadap prospek pasar Indonesia.

: Media Asing Soroti IHSG dan Rupiah Ambles Gegara Demo DPR Ricuh

Beberapa saham emiten besar menjadi sasaran utama aksi jual asing yang tinggi. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), misalnya, mengalami net sell asing sebesar Rp1,11 triliun hanya dalam satu hari perdagangan akhir pekan ini.

Selain itu, saham BMRI juga mencatatkan net sell asing senilai Rp169,32 miliar pada Jumat (29/8/2025). Tidak ketinggalan, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) terimbas net sell asing sebesar Rp142,24 miliar, dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) membukukan net sell asing senilai Rp109,34 miliar.

: : BBCA hingga TLKM Jadi Top Laggards, Ini Daftar 10 Saham Penekan IHSG Pekan Ini

Seiring derasnya arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tak mampu menahan tekanan dan ambruk. IHSG tercatat melemah 1,53% dan ditutup pada level 7.830,49 pada perdagangan akhir pekan ini. Meskipun demikian, secara akumulasi sepanjang tahun berjalan, IHSG masih berada di zona hijau, menguat 10,63%.

Jebloknya kinerja pasar saham Indonesia ini terjadi di tengah eskalasi demonstrasi yang memanas. Aksi demonstrasi yang melibatkan buruh dan masyarakat luas di Jakarta pada Kamis (28/8/2025) berlangsung hingga malam hari, bahkan menimbulkan insiden tragis. Seorang pengemudi ojek online (ojol) dilaporkan meninggal dunia setelah dilindas oleh mobil rantis milik polisi.

: : IHSG Menguap Rp195 Triliun Imbas Demo Jakarta, Simak Saham Penekannya

Kejadian memilukan itu sontak memicu amarah publik dan memantik solidaritas di kalangan sesama pengemudi ojol. Akibatnya, hingga Jumat (29/8/2025) dini hari, ratusan massa dikabarkan mendatangi markas Mako Brimob (Brigade Mobil) di Kwitang, Jakarta, sebagai bentuk protes.

Menanggapi gejolak ini, Managing Director Research Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menegaskan bahwa performa pasar saham Indonesia yang kurang memuaskan tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial-politik di Tanah Air saat ini. “Pelemahan ini pastinya dipicu oleh kondisi sosial-politik yang kurang kondusif,” ujar Harry kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, di tengah fluktuasi pasar saham yang terjadi, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik berupaya menenangkan investor dengan menyatakan bahwa fundamental pasar modal Indonesia masih kokoh. Ia juga memastikan bahwa BEI tidak memiliki rencana untuk melakukan penyesuaian aturan terkait dinamika pasar yang ada. Menurut Jeffrey, seluruh aspek pengawasan dan operasional bursa tetap berjalan sesuai jalur.

Paling penting, Jeffrey menekankan agar investor tetap bersikap rasional dalam mengambil keputusan investasi. Hal ini bertujuan agar gejolak jangka pendek yang mungkin terjadi tidak menimbulkan kepanikan dan keputusan yang terburu-buru.

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *